بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
Waktu itu, kurang lebih pukul 19.30 WIB, empat orang gadis remaja  berjalan bersamaan menuruni lantai dua sebuah gedung di daerah Depok,  Jawa Barat. Selama perjalanan menuju tempat parkir motor dan halte bus,  ada lah sebuah obrolan singkat, namun cukup mengena bagi salah satu di  antara mereka.
W : Alhamdulillah, kita UAS cuma tiga hari lho.. tanggal 22 dah selesai. Eh, I, kamu mau balik kapan ?
I : Wah, aku masih ga tau mau pulang ke mana dulu ..
W : Eh, tapi aku juga masih belum jelas ding, mau kapan pulangnya.. pinginnya tanggal 24 sama temen"ku yg di STAN.
F : Kalo aku sih udah terobati, waktu pulang kemarin. Bukannya kamu sering pulang, ya Buk ? mau pulang lagi ??
I : Iya, dirimu kan sering pulang ..
W : Hehe, iya.. tapi sayangnya waktu aku pulang kemarin, aku belum berhasil membawanya kemari. Dia masih tertinggal di sana. Hatiku masih ada di sana (menerawang kembali ke kota itu..)
H : Wah, ragaku memang di sini tapi hatiku ada di sana, ya Mbak ?
W : Mungkin begitu, hehe..
yah, begitulah obrolan singkat yang terjadi...
hati  itu memang masih tertinggal di sana,, delapan jam waktu yang harus  ditempuh dengan kereta api bisnis senja atau fajar utama atau sepuluh  jam dengan kereta ekonomi bengawan. salah satu remaja itu memang kini  sudah memiliki kesibukan yang baru di tempat yang baru pula. namun, ia  sendiri masih merasa bahwa hatinya masih tertinggal di kota itu -dan ini  bukan berarti ia tak pernah menjalani segala yang ada di sini sepenuh  hati, ya- di gedung yang sudah tua dengan pohon cemara dan semangat  Jayamahe yang pernah diberikan. tempat yang tidak pernah sepi dan selalu  hangat. bahkan ketika salah satu remaja tersebut sudah benar-benar  meninggalkan tempat itu, banyak kenangan yang kembali muncul dan  benar-benar tak bisa untuk tidak mengingat-ingatnya kembali. senyum,  salam, sapa, sopan, santun, dan sederhana selalu ditekankan dalam tempat  itu. tidak hanya gedung tua di pojok perempatan yang sangat terkenal  dengan "teladan"nya, namun juga sebuah bangunan yang megah dengan taman  bermain dan selalu ramai oleh orang-orang yang bersembahyang di  dalamnya, orang-orang yang duduk dalam sebuah majelis untuk menuntut  ilmu, yang berada di tengah-tengah kota (anggap saja tengah kota). di  sana gadis itu mendapatkan banyak ilmu, teman baru, bahkan teman lama  pun ia temukan di sana. banyak hal yang ingin ia lakukan di keduanya,  namun sungguh Allah telah memilihkan jalan untuknya. tetapi, tak dapat  ia pungkiri, meskipun jarak tersebut sangat jauh ia tak pernah  berkeberatan untuk selalu berusaha kembali, meskipun sering kali ia  pulang untuk mengunjunginya, ia selalu mengharapkan kepulangan yang  berikutnya. hal tersebut karena hati itu masih tertinggal di sana..  benar-benar masih tertinggal di sana.
 
sudut pandang: orang ketiga serba tahu.
BalasHapusgalau rupanya. hhe..
benar-benar serba tahu . LOL
BalasHapus